Rabu, 19 Oktober 2011

Ingatlah Akan Nikmat Allah


          Segala puji hanya milik Allah Swt, yang telah memberikan kepada kita nikmat sehat dan nikmat sempat. Tidak sedikit orang yang diberikan kesehatan tapi karena kesibukannya terhadap Dunia, dia tidak dapat melakukan amalan-amalan shaleh. Sebaliknya, ada orang yang diberikan waktu yang luang akan tetapi tidak bisa melakukan kegiatan apapun dikarenakan kondisinya sedang dalam keadaan tidak sehat, maka ia pun tidak dapat melakukan amalan-amalan shaleh. Sedangkan kita, Alhamdulillah atas ijin Allah Swt, kita bisa melakukan amalan-amalan shaleh, itu semua dikarenakan Allah  swt masih memberikan kepada kita semua, nikmat sehat dan nikmat sempat. Sepatutnya sebagai hamba yang mempunyai akal sehat, kita harus mengsyukuri nikmat dan menikmati syukur.
 Dalam salah satu riwayat diceritakan, dari Abu Hurairah r.a bahwasannya ia mendengar Nabi Saw bersabda," Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil yaitu orang yang terkena penyakit kusta, botak, dan buta. Lalu Allah bermaksud untuk menguji mereka bertiga, maka Dia mengutus malaikat kepada mereka bertiga. Kemudian malaikat pun mendatangi orang yang berpenyakit kusta (red. Si Kusta), lalu dia (malaikat) bertanya," Sesuatu apakah yang paling engkau sukai?", dia (si kusta) menjawab," Aku menyukai warna yang indah, kulit yang indah, dan juga panyakit itu hilang dari ku yang menyebabkan orang-orang membenci ku. Setalah itu malaikatpun mengusapnya, maka hilanglah penyakit itu darinya, lalu dia dianugrahi warna yang indah, juga kulit yang indah pula. Malaikat pun bertanya lagi," harta apa yang paling kamu sukai?" dia menjawab," Unta", lalu diberikan kepadanya unta yang bunting, sambil malaikat mendo'akan," Baarakallahu laka fiiha." (semoga Allah memberkahi mu dengan harta itu)
            Kemudian, Malaikat mendatangi si Botak, sambil bertanya," Sesuatu apakah yang paling engkau sukai?", dia menjawab," Rambut yang indah dan penyakit ini hilang dari ku yang menyebabkan orang-orang membenciku. Lalu malaikat mengusapnya, maka hilanglah penyakit itu darinya, dan diberikan kepadanya rambut yang indah. Malikat pun bertanya," Harta apa yang paling kamu sukai," dia menjawab," Sapi", lalu diberikan kepadanya sapi yang bunting, sambil Malaikat mendo'akannya," Baarakallahu laka fiiha. Kemudian yang terakhir, Malaikat mendatangi si buta, sambil bertanya,” Sesuatu apakah yang paling engkau sukai? Dia menjawab," Aku menginginkan Allah mengembalikan penglihatan kepada ku, maka akupun akan dapat melihat orang-orang. Lalu Malaikat mengusapnya, maka Allah mengembalikan penglihatan kepadanya. Malaikat bertanya," Harta apa yang paling engkau sukai?", dia menjawab," Kambing", maka diberikan kepadanya kambing yang bunting sambil Malaikat mendo'akannya," Baarakallahu laka fiiha.
            Lama kelamaan unta, sapi dan kambing tersebut berkembang biak dan akhirnya unta, sapi dan kambing itu masing-masing memenuhi satu lembah. Kemudian Malaikat pun mendatangi orang yang dulunya kusta dalam bentuk dan keadaanya (seperti si kusta dulu), lalu berkata," Aku adalah orang miskin dan telah habis perbekalan ku di tengah perjalananku¸sampai hari ini tiada yang dapat menolongku selain Allah, dan mudah-mudahan engkau mau menolongku. Aku memohon kepadamu dengan menyebut Dzat yang telah memberi  paras yang tampan dan kulit yang indah serta harta kekayaan yang melimpah, aku hanya ingin engkau memberiku seekor unta, sebagai bekal perjalanan ku. Maka dia menjawab," Hak-hak orang lain masih banyak (untuk aku beri bukan hanya kamu saja)." Malaikat tadi berkata," sepertinya aku pernah mengenal mu, bukankah dulu kamu berpenyakit kusta, yang menyebabkan orang-orang membenci mu. Dan dulu juga engkau seorang yang fakir, lalu Allah mengaruniakan kepada mu harta?", dia menjawab," Sesungguhnya harta kekayaan ku ini merupakan warisan nenek moyang ku." Malaikat berkata," Jika engkau berdusta mudah-mudahan Allah mengembalikan mu pada keadaan mu semula."
            Lalu  Malaikat mendatangi  kepada yang dulunya botak dalam bentuknya (seperti si botak dulu),  maka malaikat berkata seperti apa yang dikatakan kepada si kusta, dan ia menolak malaikat (yang menyamar menjadi si botak) seperti penolakan si kusta." Malaikat berkata," Jika engkau berdusta mudah-mudahan Allah mengembalikan mu pada keadaan mu semula."
            Kemudian yang terakhir, Malaikat mendatangi orang yang dulunya buta dalam bentuknya (si buta dulu), maka Malaikat berkata,"  Aku adalah orang miskin dan telah habis perbekalan ku di tengah perjalananku¸ sampai hari ini tiada yang dapat menolongku selain Allah, dan mudah-mudahan engkau mau menolongku. Aku memohon kepadamu dengan menyebut Dzat yang telah memberi kepada mu penglihatan. Aku hanya ingin engkau memberiku seekor kambing, sebagai bekal perjalanan ku." Dia menjawab," Sungguh dahulu aku ini buta, lalu Allah mengembalikan penglihatan kepada ku, maka ambilah sekehendakmu, demi Allah aku tidak akan menuntut kepada mu sesuatu pun apa yang telah engkau ambil dariku, semata-mata  karena Allah. Maka malaikat tadi berkata," Peliharalah harta kekayaan mu, sebenarnya kamu sedang diuji dan Allah benar-benar meridhaimu, dan Allah telah murka terhadap dua teman mu (si kusta dan si botak)." (HR. Bukhari dan muslim).
            Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua, dimana kita selaku umat islam yang beriman kepada Allah Swt harus selalu mengsyukuri terhadap apa yang ada pada diri kita, karena mustahil kita tidak mengsyukuri atas nikmat Allah Swt, padahal tidak ada setiap jam terlepas dari nikmat Allah Swt, tidak ada setiap menit terlepas dari nikmat-Nya, bahkan tidak ada setiap detik pun terlepas dari nikmat-Nya.
Mari kita buktikan. Kalaulah kita berjalan-jalan ke RS (Rumah Sakit) niscaya kita akan menemukan banyak orang yang sedang tertimpa penyakit, baik dia itu orang yang sangat kaya atau pun miskin, yang jelas apakah mereka marasakan nikmat seperti apa yang kita rasakan, apakah mereka bisa berlari seperti keadaan kita sekarang, atau munkin bisakah mereka berjalan-jalan beberapa jam seperti yang sedang kita jalani tanpa harus mengeluarakan biaya. Justru sebaliknya, mereka tidak bisa leluasa melakukan aktivitas dengan bebas, bahkan mereka hanya bisa berbaring dengan harus memikirkan biaya yang harus mereka bayar. Sungguh kita akan meresakan kekayaan yang melimpah dalam diri kita jika kita melihat orang-orang yang tertimpa penyakit itu (jika kita mau berfikir). Ternyata setiap nafas yang dengannya kita bisa menghirup udara dengan segar, itu mempunyai nilai material yang sangat mahal, jantung yang berdetak setiap detiknya pun memiliki nilai kekayaan tersendiri. Kalau begitu kita dapat menyimpulkan bahwa nikmat itu bukan terletak pada harta semata. Fakta membuktikan, setiap kekayaan yang kita miliki jikalau keadaan tubuh kita tidak sehat maka setiap makanan yang paling enak akan terasa pahit dan kita pun tidak menikmati harta yang kita punya, justru dengan harta itu kita harus membeli obat dan membayar dokter untuk mengobati penyakit yang sedang kita rasakan.
            Oleh sebab itu kita wajib mengsyukuri nikmat Allah Swt, dan tidak boleh kufur nikmat terhadap-Nya. Seandainya kita mengingkari nikmat Allah Swt maka nasib kita akan seperti kisah dua orang tadi, yaitu yang terkena penyakit kusta dan penyakit botak. Dan kalaulah kita mengsyukuri sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang terkena penyakit buta dengan cara menginfakannya dan mengsyukuri dengan apa yang menimpa dirinya, maka Allah Swt akan membalas dengan menambahkan nikmat kepada orang itu. Sebagaimana firman-Nya:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
" Jika kalian bersyukur (atas nikmat Ku) pasti akan Aku tambah kepada kalian (nikmat Ku) dan jikalau kalaian kufur (atas nikmat Ku) sesungguhnya azab Ku sangat berat." (Q.S: Ibrahim: 7)
            Tinggal pertanyaannya, apakah kita ingin ditambah nikmatnya? Ataukah kita ingin diazab dengan cara kufur kepada Allah SWT. Allah A'lam. Saeful js


1 komentar:

  1. فهذا موضوع للتعبير اللغوي في المستوى الثالث
    inspiring story!

    BalasHapus